Megono Gunungan Salah Satu Simbol Tradisi Syawalan Di Kabupaten
Pekalongan
Tradisi
syawalan merupakan salah satu tradisi yang
masih dilaksanakan diberbagai daerah terutama di Jawa. Di berbagai daerah
di Indonesia yang hingga sekarang masih merayakan beberapa tradisi syawalan antara
lain di Kabupaten Rembang, Jepara,Semarang, Demak dan Pekalongan. Tradisi syawalan
di Rembang dan Jepara dilaksanakan dengan pesta Lomban. Tradisi syawalan
di Semarang dan Demak dilaksanakan dengan hajat laut. Di Kabupaten Pekalongan
sendiri syawalan dilaksanakan dengan tradisi megono gunungan yang biasanya
dilakukan di tempat obyek wisata Linggoasri yaitu pada hari kedelapan setelah
hari raya Idul Fitri.
Megono
adalah makanan khas Pekalongan yang berbahan dasar gori (nangka muda)
yang dibumbui dengan bermacam-macam rempah-rempah Indonesia dan sudah
dihaluskan, memiliki rasa yang gurih dan umumnya disajikan dengan nasi, dan
tempe mendoan.
Perayaan
tradisi syawalan megana gunungan yang masih
terus dilaksanakan dari tahun ketahun hingga
saat ini selain untuk melestarikan budaya
juga didalamnya terdapat symbol-simbol yang
ada. Penggunaan makanan megana dalam tradisi syawalan
megana gunungan di Kabupaten Pekalongan
membedakan dari perayaan tradisi syawalan
diberbagai daerah lain. Sajian megana yang dibuat raksasa memberikan
keunikan tersendiri bagi tradisi megana gunungan di Kabupaten Pekalongan.
Upacara
syawalan megono gunungan dilaksanakan di Desa Linggoasri, Kecamatan
Kajen, Kabupaten Pekalongan. Tradisi syawalan ini dilaksanakan pada bulan
Syawal tepatnya setiap 1 minggu setelah Lebaran atau Idul Fitri yaitu
pada tanggal 8 syawal. Upacara tradisi syawalan megono gunungan dilaksanakan
dengan tujuan sebagai wujud ungkapan rasa syukur setelah menjalankan
puasa ramadhan dan puasa sunah syawal serta sebagai ajang silaturahmi antar
warga masyarakat sekitar maupun dengan warga masyarakat yang mengunjungi acara
syawalan megono gunungan, dan sebagai salah satu momen untuk berbagi rezeki
antar sesama masyarakat.