Selasa, 19 April 2016


KLB Keracunan Pangan Bagi Kesehatan Manusia

Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Akan tetapi dari pangan pula timbul penyakit. Keracunan pangan atau foodborne disease adalah suatu kondisi yang muncul akibat mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular baik bakteri, jamur, virus maupun parasit. Kontaminasi ini dapat terjadi baik sedang diproses ataupun dimasak dengan tidak benar.
Keracunan pangan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua yaitu disebabkan oleh bacterial dan non bacterial (Andiani., dkk, 2010). Keracunan yang disebabkan oleh bakteri terjadi karena mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri dimana menghasilkan toksin dan toksin inilah yang masuk kedalam tubuh saat mengkonsumsi makanan dan menyebabkan keracunan. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri terbagi menjadi empat jenis yaitu kelompok Salmonella, Staphylococcus, Clostridum botulinum, dan Clostridium perferingens. Akibat yang ditimbulkan dari kelompok Salmonella tidak terlalu parah yaitu a mual, muntah-muntah, diare, sakit kepala, demam dan nyeri abdomen. Kelompok Staphylococcus tidak menimbulkan penyakit yang akut dan paraha hanya menimbulkan muntah, mual, diare, nyeri abdomen, kram perut, terdapatnya lendir dan darah pada feses. Jarang terjadi kematian akibat keracunan pangan pada kelompok ini. Penderita dapat sembuh kembali dalam waktu 2-3 hari. Keracunan pangan pada kelompok Clostridum botulinum dapat menyebabkan disfagia, diplopia, ptosis, disarthria, kelemahan otot dan quadriplegia. Kelompok ini tidak terjadi demam tetapi dapat mengakibatkan penurunan kesadaran dan berakibat fatal bahkan terjadi kematian dalam waktu 4-8 hari akibat kegagalan pernafasan. Kelompok terakhir yaitu Clostridium perferingens dimana pada kelompok ini tidak menyebabkan penyakit yang akut hanya saja mengakibatkan nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual dan mual jarang terjadi. Penderita keracunan pada kelompok ini dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan akibat fatal bagi kesehatan.
Keracunan pangan non bacterial adalah keracunan pangan yang tidak disebabkan oleh bakteri melainkan dari kandungan bahan itu sendiri seperti keracunan singkong karena adanya HCN pada singkong, keracunan kentang akibat adanya glokosida alkaloid streroidal, keracunan kedelai karena adanya hemaglutinin, keracunan ketika mengkonsumsi biji pala akibat adanya myristin, keracunan histamin pada saat mengkonsumsi ikan jenis mackarel dan sarden, dan keracunan jengkol akibat adanya asam jengkolat. Akibat yang ditimbulkan bagi kesehatan karena keracunan non bacterial adalah mual, diare, muntah, pendarahan dalam pencernaan bahkan dapat menyebabkan kematian ketika mengkonsumsi makanan yang mengandung racun melebihi batas maksimum (Arisman, 2009).
Penanganan pada keracunan pangan dapat dilakukan dengan mengganti cairan (rehidrasi) dan oralit yang hilang akibat muntah dan diare dengan minum banyak air putih. Sebab selain dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang juga dapat membantu mengusir racun dengan lebih cepat (Suarjana, dan Agung, n.d).

Referensi
Andiani., dkk. 2010. Keracunan Makanan. Fakultas Studi Ilmu Keperawatan. STIKES Muhammadiyah Manado.
Arisman. 2009. Keracunan Makanan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Kedokteran EGC.
Pratiknjo L. n.d. Keracunan Makanan Merupakan Salah Satu Indikator Lemahnya Kontrol Pemerintah Dan Masyarakat Terhadap Produk Makanan Yang Beredar. Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Suarjana I M, Agung AA. n.d. Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan (Studi Kasus di SD 3 Sangeh Kabupaten Badung).